57GSGOUiym0RjqT60gh80ahb2hanHpOxHlTDFWHw
Bookmark

Cerpen: Melewati Waktu

Hari ini untuk pertama kalinya aku menulis cerita di buku ini. Meneruskan cerita yang sudah ada, cerita petualangan di keluargaku. Buku ini awalnya ditulis oleh nenekku, kemudian ibuku dan sekarang diriku sendiri. Sebuah buku berisikan kumpulan cerita tentang petualangan yang kami alami. Judul bukunya adalah Pertama Kali Kualami.

Sebenarnya buku ini merupakan salah satu keinginan nenekku. Dulu nenekku bercita-cita ingin menulis sebuah buku, tetapi hingga akhir hayatnya, cita-cita dan keinginan tersebut belum terwujud. Tulisan dan buku nenekku diberikan ke kakek, kakekku berusaha mewujudkan impian istri tercintanya, sayangnya kakek sendiri tidak bisa menulis. Sebagai gantinya, kakek meminta ibuku yang melanjutkan cerita di buku itu.

Ibuku suka menulis, ibu sudah menulis semenjak dia masih SD. Dimulai dari menulis Diary yang isinya sepotong cerita kesehariannya, puisi tentang kehidupan hingga hal terakhir yang ibu tulis itu adalah sebuah cerpen tentang petualangan yang pernah dialaminya. Setelah itu, ibu menyerahkan buku ini kepadaku. Dia berkata

"Dini, ini ibu berikan buku ini kepadamu. Ini adalah buku cerita yang dulunya nenek tulis sendiri hingga akhir hayatnya. Setelah nenek meninggal, ibu yang mewarisi buku ini. Menulis berbagai cerita petualangan yang pernah ibu alami. Ibu harap kamu mau menuliskan cerita petualanganmu di buku ini juga, tetapi ibu tidak memaksa. Harapannya nanti semoga buku ini bisa diterbitkan sesuai keinginan nenek. Namun, kalau kamu tidak mau menulis di buku ini, ya sudah. Tetapi ibu minta kamu baca dulu cerita di buku ini sebelum memutuskan," jelas ibuku.

"Baik, Bu. Akan Dini baca bukunya," jawabku.

Sebetulnya aku tidak suka membaca apalagi menulis. Yang aku suka adalah musik, bernyanyi adalah hobiku. Aku selalu bernyanyi ketika di kamar mandi, sebelum tidur, atau sedang santai di rumah. Mendengarkan lagu yang diputar melalui ponsel pintarku adalah hal kedua yang kusukai. Menulis? Sangat membosankan menurutku. Namun, entah kenapa timbul rasa ingin tahu pada buku itu. Buku yang setelah dua generasi masih belum selesai juga ditulis. Memangnya seperti apa sih cerita di buku itu.

Baca juga: Cerpen: Satu Hari Lagi

Aku memutuskan untuk memberi kesempatan pada buku itu. Membacanya sedikit, pikirku. Bukunya kelihatan tua, terdapat berbagai noda dan coretan sana-sini di sampul bukunya. Warnanya yang coklat menambah kesan tua buku itu. Pasti membosankan cerita di buku ini, pikirku. Kemudian aku pun membuka buku itu. Halaman depan terdapat sebuah pesan singkat yang sepertinya ditulis oleh nenekku, kira-kira tulisannya seperti ini.

"Hai, generasi berikutnya. Sebelum membaca cerita di buku ini, silakan baca pesan singkat ini dahulu. Buku ini kutulis atau kami tulis untuk berbagi cerita ke generasi setelah kami. Berharap cerita di buku ini tidak hanya akan menghibur kalian tetapi juga akan mengajarkan kalian tentang nilai-nilai kehidupan. Kenapa? Karena cerita di buku ini berdasarkan kisah aku sendiri atau kisah kami. Kalian bisa belajar dariku atau pun kami, agar bisa lebih baik lagi dalam menjalani hidup. Oke, itu saja yang akan aku atau kami sampaikan. Tidak perlu panjang dan bertele-tele, silakan kalian mulai baca ceritanya, berimajinasi dan berpetualang bersama dicerita tersebut. Selamat membaca."

Sebuah pembuka yang cukup menarik. Aku pun dibuat semakin penasaran. Kuputuskan untuk melanjutkan membacanya. Kubalik halaman berikutnya, ternyata daftar isi, ada beberapa halaman. Dari tulisan tangan tersebut, aku tahu ini pasti dibuat oleh ibuku. Aku pun memilih sebuah judul dari daftar isi tersebut, kubuka sesuai halamannya. Sebuah judul yang membuatku penasaran, Cinta Pertama.

Kubaca ceritanya, ini adalah cerita bagaimana kakek dan nenekku bertemu. Cinta pandangan pertama kakekku, hal-hal aneh yang terjadi di awal pertemuan mereka. Kakek dan nenekku pertama kali bertemu saat di bangku SMA, kelas X. Awal masuk menjadi murid, mereka sudah sekelas. Saat itu, nenekku berusaha bersikap ‘Sok Jual Mahal’ istilahnya kepada teman laki-laki yang mencoba mendekatinya. Tetapi berbeda dengan kakekku, di mana hampir semua yang mendekati nenekku itu menggombal dan sok romantis, kakekku malah sebaliknya. Dia bersikap biasa saja, berteman selayaknya murid di sana. Mengobrol, bercerita dan bercanda, hal biasa namun malah meluluhkan hati nenekku.

Saat membaca cerita itu, aku tersenyum sendiri. Menarik juga ceritanya. Membuatku ingin membaca cerita lainnya, hingga setelah beberapa hari aku sudah membaca lebih dari 20 cerita pendek yang ditulis oleh nenek dan ibuku. Mulai dari cerita cinta mereka, kencan pertamanya, masalah saat pacaran, orang ketiga, liburan, tentang sahabat dan banyak lagi. Setiap ceritanya seru-seru dan menarik.

Aku pun memutuskan untuk ikut menulis dibuku ini. Dan inilah cerita pertamaku, mencoba bercerita sebaik mungkin. Kalau dibandingkan dengan nenek dan ibuku yang sudah biasa menulis, sepertinya tulisanku ini akan membosankan bagi yang membacanya, tapi aku berusaha untuk menulis dengan sebaik-baiknya. Alasanku mulai menulis di buku ini itu karena menurutku cerita di buku ini seru dan aku jadi punya keinginan serupa, mempunyai cerita yang bisa diwariskan dari generasi sekarang ke generasi selanjutnya. Inilah awal mula tulisanku di buku ini, yang nantinya kuharap akan dibaca oleh kalian, anak dan cucu, generasi selanjutnya.

Baca juga: Cerpen: Bersabar dan Lihatlah (1)

Posting Komentar

Posting Komentar