57GSGOUiym0RjqT60gh80ahb2hanHpOxHlTDFWHw
Bookmark

Cerpen: Bersabar dan Lihatlah (1)

Namanya Wika, seorang anak berumur lima tahun, putri pertama dari bapak Hasan dan ibu Risna. Mereka adalah suami istri yang sudah menikah lebih dari 15 tahun. Selayaknya pasangan suami istri pada umumnya yang ingin mempunyai anak, bapak Hasan dan ibu Risna juga seperti itu, namun mereka tak kunjung dianugerahi seorang anak hingga akhirnya setelah tahun kesepuluh pernikahan mereka, akhirnya Tuhan menitipkan Wika kepada mereka berdua.

Cerita berawal dari tahun pertama pernikahan mereka. Tahun itu merupakan tahun yang sangat membahagiakan bagi mereka berdua, di mana setelah menjalin hubungan pacaran selama lebih dari empat tahun mereka akhirnya kemudian memutuskan untuk melanjutkan hubungan mereka di pelaminan. Pada tahun pertama pernikahan mereka, mereka terlihat sangat berbahagia termasuk keluarga mereka masing-masing. Hasan dan Risna selalu tersenyum, bercanda-gurau, tertawa ini itu dan saling bermesraan. Mereka juga membicarakan banyak hal, mulai dari hari-hari mereka, rencana mereka ingin membuka usaha rumah makan, hingga memiliki anak pertama.

Tiga tahun berlalu, suasana rumah tangga mereka sudah tidak sebahagia dan semenyenangkan dulu. Usaha rumah makan yang dulu mereka bicarakan sekarang sudah berjalan tetapi tidak berkembang dan mereka sekarang mulai jarang menghabis waktu bersama karena sibuk oleh pekerjaan mereka masing-masing. Hasan bekerja sebagai seorang karyawan kantoran yang sekarang sering lembur dan pulang malam sementara Risna sibuk mengurus usaha rumah makannya. Tiga tahun berlalu dan mereka masih belum dikaruniakan anak. Waktu itu mereka berpikir dan sama-sama setuju kalau mungkin saja belum waktunya. Tuhan pasti merencanakan yang terbaik untuk mereka hanya saja saat itu belum waktunya.

Pernikahan Hasan dan Risna pun memasuki umur lima tahun namun hal yang menjadi harapan utama Hasan dan Risna yaitu untuk mempunyai anak masih belum terwujud. Pihak keluarga terutama orang tua mereka masing-masing sudah ngebet ingin menimang cucu, selalu bertanya ke Hasan dan Risna kapan mereka akan punya anak. Hal ini kemudian mulai membebani Hasan dan Risna, mereka berdua mulai bertanya-tanya. Setelah lima tahun menikah kenapa belum dikaruniakan anak? Sudah mencoba selama lima tahun tetapi kenapa Tuhan belum memberikannya? Namun, mereka tidak menyerah, mereka memutuskan akan terus mencoba, berharap Tuhan akan segera memberikan mereka momongan.

Baca juga: Cerpen: Satu Hari Lagi

Tahun kedelapan tiba, tahun di mana kekecewaan mulai muncul. Mereka sudah mencoba selama lebih dari delapan tahun. Orang tua yang dulunya sangat ingin segera menimang cucu akhirnya menyerah menunggu. Mulai banyak gosip-gosip di kalangan tetangga dan teman-teman Hasan dan Risna. Seperti dibilang mandul tidak bisa punya anak, pura-pura ingin punya anak padahal tidak dan omongan-omongan lainnya. Hasan dan Risna mulai gusar, mulai sering bertengkar dan berdebat kenapa mereka tidak bisa punya anak padahal mereka sudah melalukan banyak cara. Mulai dari konsultasi ke dokter, menggunakan metode dan obat tradisional hingga ikut kegiatan-kegiatan yang dibilang bisa mempermudah mereka mempunyai anak. Tapi percuma, tidak ada hasilnya. Dokter sendiri berkata kalau Hasan dan Risna dalam kondisi produktif, sehat tanpa kendala, tidak mengidap penyakit tertentu yang mempengaruhi mereka sehingga mereka sulit punya anak. Namun dokter sendiri bingung kenapa mereka belum juga dikaruniakan seorang anak setelah mereka mencoba selama ini.

Dokter akhirnya merekomendasikan mereka untuk ikut dalam program bayi tabung. Mereka berdua setuju tapi sayangnya karena harganya yang sangat mahal mereka akhirnya mengurungkan niat tersebut, menundanya. Pilihan lain dari dokter adalah mengangkat anak, namun mereka takut digosipkan oleh tetangga dan teman-teman sehingga mengabaikan opsi tersebut, menjadi pilihan terakhir. Mereka memutuskan untuk ikut program bayi tabung tapi tidak sekarang, mereka belum punya uang untuk bisa mewujudkan itu. Mereka berniat mengumpulkan uang terlebih dahulu agar bisa ikut program itu.

Dua tahun berlalu, rencana mereka untuk ikut program bayi tabung akhirnya bisa dilakukan tahun ini. Mereka pun pergi ke rumah sakit, mendaftarkan diri, berharap semoga saja usaha mereka kali ini berhasil. Program tersebut pun berjalan, mereka pun menunggu lagi untuk ke sekian waktu. Namun kali ini mereka tidak harus menunggu lama, hasil keikutsertaan mereka akan dikabarkan dalam waktu dua minggu dan dua minggu itu pun sudah berlalu. Hari ini, Hasan dan Risna mengunjungi rumah sakit, ingin melihat hasil program mereka. Dokter datang menghampiri Hasan dan Risna, mengabarkan kalau programnya gagal, semua percobaan pembuahan gagal. Wajah sedih Hasan dan Risna muncul, Risna menangis, memeluk Hasan. Dokter kemudian berkata kalau mereka masih bisa mencoba sekali lagi, diprogram ini mereka bisa mencoba sebanyak dua kali. Hasan yang mendengar itu membujuk istrinya agar tenang, jangan sedih, masih bisa coba lagi, satu kesempatan lagi. Risna pun luluh, dia masih punya harapan besar untuk mempunyai anak dan dia setuju akan mencoba sekali lagi.

Ini adalah percobaan kedua mereka ketika mengikuti program bayi tabung, namun sebelum memulainya mereka diminta mengecek kesehatan reproduksi mereka lagi, memastikan kondisi mereka siap dan baik agar tingkat keberhasilan lebih tinggi. Hasan dan Risna melakukan pengecekan, pengecekan Hasan berjalan lancar dan tanpa ada kendala tetapi berbeda dengan Risna, hasil pengecekannya menunjukkan hal berbeda tidak seperti sebelumnya. Setelah diperiksa dokter dan melakukan tes, hasilnya keluar. Hasil tes Hasan ialah Hasan dalam kondisi prima sementara Risna sendiri dalam kondisi hamil. Dokter mengabarkan itu ke Hasan dan Risma, mereka syok. Tidak percaya, berpikir kalau dokter melakukan kesalahan karena setelah hampir sepuluh tahun mereka mencoba dan gagal, tetapi kenapa sekarang. Dokter meyakinkan Hasan dan Risma kalau dia sudah mengeceknya lagi dan lagi untuk memastikan hasilnya dan hasilnya adalah Risna hamil. Ekspresi bahagia mencuat di muka mereka, Hasan dan Risna saling peluk, berdoa dan bersyukur kepada Tuhan. Setelah hampir sepuluh tahun akhirnya mereka bisa mempunyai buah hati juga.

Baca juga: Cerpen: Bersabar dan Lihatlah (2)

Posting Komentar

Posting Komentar