57GSGOUiym0RjqT60gh80ahb2hanHpOxHlTDFWHw
Bookmark

Review Film Sumpahan Jerunei (2023)

Review Film Sumpahan Jerunei (2023)

Ini kayaknya film horor Malaysia pertama yang gua tonton. Jarang tahu perihal film-film dari negara tetangga, mungkin beberapa dari Thailand (yang memang terkenal drama serta horornya). Biasanya nonton film Indonesia atau Hollywood. Basa-basi segini aja, mari gua mulai review film Sumpahan Jerunei (2023) dengan membahas info dasar filmnya.

DISCLAIMER!

Review berikut adalah opini personal penulis. Pembaca diminta untuk jangan terlalu diambil hati karena ini adalah ditulis sesuai selera penulis. Mengutip lupa dari siapa:

Review atau ulasan adalah karya dalam bentuk tulisan atau lainnya yang berisi informasi, baik fakta maupun opini, dari yang membuatnya. Review merupakan karya subjektif, yaitu berisi informasi, baik fakta atau opini, milik pembuatnya, yang dibuat secara objektif, yaitu tanpa pengaruh pihak luar.

Deskripsi dan Sinopsis Film Sumpahan Jerunei (2023)

Film horor Malaysia, yaitu Sumpahan Jerunei (2023) merupakan film horor yang mengangkat tradisi yang ada di Malaysia. Tradisi yang dimaksud adalah Jerunei. Jerunei merupakan sebuah tradisi pemakanan ekstrim di mana saat seseorang meninggal, maka akan ada dua orang (pria dan wanita) yang akan dikorbankan untuk proses pemakaman. Korban pria akan dijadikan fondasi kuburannya di mana korban akan ditimpa peti mati hidup-hidup. Korban wanita akan menjadi persembahan terakhir di mana wanita tersebut akan diikat ke peti mati dan dibiarkan kelaparan hingga meninggal.

Sumpahan Jerunei (2023) berdurasi kurang lebih 100 menit. Film ini disutradarai oleh Jason Chong. Film ini merupakan film yang diproduksi oleh Produksi Seni 2020 dengan para pemainnya, yaitu Bront Palarae, Uqasha Senrose, Mohd Syafie Naswip, Amerul Affendi, Daiyan Trisha, Tony Eusoff, Ruminah Sidek, Yuyun Hikmah, dan lainnya.

Plot dan Alur Cerita Film Sumpahan Jerunei (2023)

Terdapat sebuah tradisi pemakanan yang unik dan ekstrim di Malaysia. Tradisi tersebut bernama Jerunei. Sebuah prosesi pemakaman di mana saat seseorang meninggal, maka dia akan membawa dua orang korban (pria dan wanita) bersamanya. Biasanya korban-korban ini merupakan budak yang dekat dengan mendiang. Namun, tradisi akhirnya dilarang karena dinilai tidak bermoral dan melanggar hak asasi manusia.

Meski tradisi tersebut sudah tidak dilakukan lagi, sisa-sisa dari tradisi tersebut masih ada, yaitu makamnya. Untuk melestarikan tradisi tersebut ke generasi muda, Pemerintah Malaysia berencana untuk mendaftarkan tradisi Jerunei untuk menjadi warisan budaya yang dilindungi. Sebelum bisa mendaftarkan menjadi warisan budaya, mereka harus mendata semua Jerunei yang ada dan memastikan keaslian serta kondisinya. Pemerintah pun mengirim satu kelompok peneliti dalam sebuah ekspedisi.

Kelompok ekspedisi tersebut pun memeriksa Jerunei yang dimaksud. Salah satunya adalah Jerunei Matalau. Namun, setelah beberapa waktu, kelompok tersebut belum ada kabar keadaan mereka. Mereka pun dianggap hilang. Melihat kondisi tersebut, dibentuklah kelompok kedua yang memiliki tujuan untuk mencari tahu apa yang terjadi pada kelompok pertama dan juga melanjutkan penelitian Jerunei. Tetapi, apa yang menunggu kelompok kedua bukanlah hal yang akan mereka duga. Sebuah kejadian yang akan merubah pemikiran mereka tentang tradisi Jerunei dan hal mistis di baliknya.

Review dan Ulasan Film Sumpahan Jerunei (2023)

Bisikan Jenazah (2021) bisa kita sebut film Malaysia nggak ya, kalau iya maka film ini jadi film kedua. Kalau nggak, ya ini menjadi film horor Malaysia pertama yang secara refleks waktu nonton gua berkata "Waduhhh!!! Level film horor Malaysia mirip Indonesia ya". Atau gua yang salah pilih ya?

Bukan berarti seluruhnya jelek ya. Yang gua suka dari film ini adalah mereka mengangkat tradisi dan budaya mereka yang kemudian dibungkus secara horor untuk menghibur. Gua apresiasi usaha mereka. Makanya, film Sumpahan Jerunei (2023) bisa gua berikan nilai:

5.0
Vlogger dan kameranya yang tidak ada manfaatnya

Yang kurang dari film ini adalah ceritanya yang tidak logis, visual yang kasar, dan akting yang nggak konsisten. Alasan tidak logis karena ada beberapa adegan yang terjadi tanpa sebab. Contohnya, tokoh dukun yang melakukan ritual dengan tujuan nggak jelas, entah mencelakai atau membantu dan nggak ada efek secara nyata ke cerita juga. Visual yang kasar karena mereka memakai efek visual CGI yang kasar dan tidak menyatu dengan gambar padahal film ini didukung oleh pemerintah seperti yang disebut di credit-nya, harusnya ada dananya dong. Akting karakternya agak laen, bisa-bisanya jari keiris tapi berakting terlonjat ke belakang seperti dikejutkan orang. Aneh. Kalau aja hal-hal yang gua sebut bisa lebih baik, gua bisa memberikan nilai lebih tinggi karena cerita di film ini menarik. Pengalaman nonton film horor Malaysia yang bakal gua ingat terus nih. Oh ya, jump-scare dan terornya buanyak dan terus-terusan disertai iringan sound effect-nya. Sayangi jantung dan telinga anda.

Baca juga: Review Film The Boogeyman (2023)

Baca juga: Review Film The Ghost Station (2022)

Posting Komentar

Posting Komentar