57GSGOUiym0RjqT60gh80ahb2hanHpOxHlTDFWHw
Bookmark

Review Novel Pesta Bunuh Diri

DISCLAIMER!

Review berikut adalah opini personal penulis. Pembaca diminta untuk jangan terlalu diambil hati karena ini adalah ditulis sesuai selera penulis. Mengutip lupa dari siapa:

Review atau ulasan adalah karya dalam bentuk tulisan atau lainnya yang berisi informasi, baik fakta maupun opini, dari yang membuatnya. Review merupakan karya subjektif, yaitu berisi informasi, baik fakta atau opini, milik pembuatnya, yang dibuat secara objektif, yaitu tanpa pengaruh pihak luar.

Blurb dan Sinopsis Novel Pesta Bunuh Diri

Menuju barat.
Kabarnya di barat sana ada kehidupan yang lebih baik. Tidak ada lagi hutan yang gelap dan menyeramkan. Itu pun kalau benar.

Menuju timur.
Di timur arah Telaga Merah tidak ada apa-apa lagi. Hanya hutan dan hutan yang dijumpai. Beberapa orang pernah ke sana dan tidak pernah kembali.

Menuju utara.
Pantai lepas itu berada di sana. Orang-orang dari hutan mencoba lari menuju pulau lain. Sayangnya, di sana tidak menjanjikan kebebasan.

Harapan adalah satu-satunya jalan keluar bagi peliknya kehidupan manusia. Entah itu menuju barat, timur, utara, atau selatan, berbekal harapan, tak ada yang sia-sia.

Namun, bagi warga Desa Taman Kembar, secercah harapan itu sulit hadir. Hidup tidak menjanjikan apa-apa bagi mereka. Di hutan itu mereka hidup dari keterbatasan pangan, minim pengetahuan, dan gangguan binatang. Lebih dari itu, ada banyak sosok misterius yang menghantui dan datang berkunjung tanpa permisi ke desa.

Mereka yang hadir saat malam itu mengundang penduduk desa ke sebuah tempat entah di mana—pesta singkat yang selalu berakhir sebelum sempat dimulai. Hanya yang berkeras kepala atas hidup bisa melewatinya.

Plot dan Jalan Cerita Novel Pesta Bunuh Diri

Di hutan terpencil yang jauh dari mana-mana berdiri sebuah desa. Taman Kembar namanya. Kehidupan para penduduknya damai dan bahagia meski pun segalanya serba seadanya.

Suatu hari, Desa Taman Kembar kedatangan tamu asing setelah lama desa tersebut tidak pernah ada pengunjung. Seorang anak kecil ditemui tidak jauh dari desa. Para penduduk heboh dan pensaran. Ada yang bersyukur dan menerima tetapi ada juga yang mencurigai dan menolak kehadiran anak kecil tersebut.

Kemudian, terjadi hal misterius. Ada penduduk yang sakit dengan kondisi kulit bersisik dan berubah warna menjadi hitam. Warga yang sakit tersebut kemudian menjadi gila, mengamuk, dan mencelakai warga lain hingga akhirnya mereka meninggal dengan janggal. Warga yang terinfeksi tersebut meninggal dengan kondisi mengenaskan, berdarah-darah, bahkan ada juga yang menggantung diri di sebuah pohon.

Warga Desa Taman Kembar kemudian mulai menyelidiki dan mencoba menyelamatkan desa dari bencana misterius tersebut. Ada yang berkata kalau itu terjadi karena hukuman Tuhan, ada juga yang berkata kalau itu ulah dukun, dan ada juga yang menyalahkan anak kecil yang datang ke desa.

Review dan Ulasan Novel Pesta Bunuh Diri

LOVE IT... Simpleman punya saingannya sekarang. Timur Trilogi vs. Seri Trah Pitu. Sama-sama goks.

Gua suka bagaimana penulis membuat sebuah plot yang penuh misteri dan membuat pembaca bertanya-tanya tentang yang sebenarnya terjadi pada orang-orang dan desa tersebut. Gua sendiri dibuat kebingungan, dari awal hingga akhir, dilempar banyak petunjuk yang sebagian besar masih menjadi tanda tanya. Warna merah, telaga, hutan terlarang, Sisik Hitam, dan seterusnya, dan seterusnya.

Gua juga suka dengan narasi dan deskripsi di buku ini. Entah penulis sengaja atau tidak, kalimat-kalimat dan diksi yang digunakan seolah-olah memiliki rima dengan diksi yang indah menawan.

Gua punya asumsi kalau novel ini utamanya horror supranatural (setelah baca blurb dan lihat sampulnya), tentang hal mengerikan terkait santet dan ilmu hitam. Tapi, buku ini lebih ke misteri, sejarah, aksi berdarah-darah, konspirasi, dan dengan sedikit unsur mistis di akhir cerita. Terlepas genre dan temanya, cerita di buku ini bagus. Sangat bagus malah.

Dan buku ini juga didukung dengan beberapa ilustrasi lokasi cerita. Mempermudah pembaca berimajinasi saat membaca. Ilustrasinya sederhana tapi cocok banget. Dan sampulnya nggak usah dipertanyakan lagi. KEREN!

Sebagai catatan, ada dua jalan waktu cerita di novel. Maju-mundur dan bersandingan. Maju-mundur tentunya tentang peristiwa di desa dulu dan sekarang. Sementara bersandingan, kejadian di desa di saat bersamaan tapi dari sudut pandang karakter yang berbeda. Pembaca harus fokus, karena nggak ada petunjuk khusus waktu ceritanya, sempat membuat gua bingung dan kesusahan menyusun kronologi cerita.

Yang kurang gua sukai dan menjadi perhatian gua adalah gaya dialog karakter. Untuk kisah yang dijelaskan berlatar di sebuah desa, di tengah hutan, dan di suatu tempat terpencil, karakternya menggunakan bahasa kasual/gaul yang secara logika kurang dimasuk akalkan. Bagaimana bisa penduduk terisolasi yang jauh dari peradahan modern dan perkembangan jaman bisa tahu kata-kata/diksi seperti itu. Apalagi dijelaskan kalau novel ini mengambil latar 1950 hingga 1980-an.

Untuk penerbit, buku cetakan pertama yang sampai di tangan gua sangat bikin pembaca bersusah payah. Ukuran teks cetakan yang digunakan kecil sekali, membuat mata pembaca kesulitan untuk membaca novel ini (harus menaruh perhatian lebih, teliti agar nggak salah baris, dan mata cepat lelah). Rating novel Pesta Bunuh Diri:

4.5
Danau berdarah misterius bikin hati melengus

Baca juga: Review Novel Rumah Bunuh Diri

Video Review dan Ulasan Novel Pesta Bunuh Diri

Posting Komentar

Posting Komentar